Minggu, 29 Januari 2012

Lirik Lagu Sheila On 7 Hari Bersamanya Lyrics

hari telah berganti

tak bisa ku hindari
tibalah saat ini
bertemu dengannya
 
jantungku berdegup cepat
kaki bergetar hebat
akankah aku ulangi
merusak harinya

reff:
mohon tuhan untuk kali ini saja
beri aku kekuatan
tuk menatap matanya
mohon tuhan untuk kali ini saja
lancarkanlah hariku
hariku bersamanya
hariku bersamanya
 
kau tahu betapa aku
lemah di hadapannya
kau tahu berapa lama
aku mendambanya

repeat reff
tuhan tolonglah (hari bersamanya)
tuhan tolonglah (hari bersamanya)

repeat reff
hari bersamanya, hari bersamanya
hari bersamanya, hari bersamanya
hari bersamanya, hari bersamanya
hari bersamanya, hari bersamanya
oh tuhan tolonglah (hari bersamanya)
tuhan tolonglah (hari bersamanya)

puisi " Keputusan Hati "

ku tak tahu mengapa aku
begitu sulit melepasmu pergi
ku tak tahu mengapa aku
begitu sakit melepas dirinya
mungkinkah aku terlalu memaksa
jika ku ingin ada keduanya

yang aku tahu aku cintai dia
yang aku tahu begitu pula dirinya
tak habis-habis ku curahkan
isi hatiku tuk keduanya

tapi mustahil bila ku terima semua
biarkan ini jadi keputusanku
ku rasakan sekarang ku coba sendiri
karna tak bisa ku memilih

aku coba sendiri
ku tak tahu mengapa aku sulit melepasmu
ku tak bisa untuk memilih

puisi " Menerima Kau Pergi "

menerima kau pergi
ku punya rasa tak terungkapkan
hanya dalam memori hati dan benak ku simpan
berat menerima kau pergi
tanpa alasan juga kau buat aku bertanya
*courtesy of LirikLaguIndonesia.ne
beribu senandung yang kunyanyikan
pelipur lara basuhkan dahaganya sukaku
kata termanis hanya untuk dia
kekasih sepanjang hidup
ku masih merindukannya

apakah ku amat berarti di mata engkau
telah ku ukir wajahmu lama dalam hati aku
namun kau hilang dan takkan kembali juga
ku merasa sepi, ku sendiri

beribu senandung yang kunyanyikan
pelipur lara dahaganya sukaku
kata termanis hanya untuk kekasihku
ku masih merindukannya

namun kau hilang dan takkan kembali juga
merasa sepi, aku sendiri

Lirik Lagu Irwansyah Perempuanku

Lirik Lagu Irwansyah Perempuanku Lyrics

biarkan aku di sini untukmu
aku hanya ingin menghibur malam ini
malam yg pasti menyenangkan untukmu
dan tentu untukku
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
biarkan di sini aku bernyanyi
hanya untukku dan untuk menghibur kamu
dan aku yakin senyummu tulus dan jujur
hanya untukku
reff: perempuanku engkau cintaku
tak mungkin bisa bila aku jauh darimu
bisa bila ku pasti sedih
ku cinta engkau
cinta pada perempuanku
semakin lama semakin ku tahu
maksud hati tak hanya mencintaimu
ku ingin habiskan hidupku
hanya untukmu
repeat reff
ku cinta engkau perempuanku
perempuanku








beauty of china










the light










Laporan pendahuluan dengan sinusitis


A.    Pengertian
Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.
B. Etiologi
  1. Rinogen
    Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :
    • Rinitis Akut (influenza)
    • Polip, septum deviasi
  2. Dentogen
    Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas
    Penyebabnya adalah kuman :
    • Streptococcus pneumoniae
    • Hamophilus influenza
    • Steptococcus viridans
    • Staphylococcus aureus
    • Branchamella catarhatis
C. Tanda dan Gejala
  1. Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah
  2. Nyeri pada :
    • Pipi : biasanya unilateral
    • Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari
    • Gigi (geraham atas) homolateral.
  3. Hidung :
    • buntu homolateral
    • Suara bindeng
D. Pemeriksaan Penunjang
  1. Rinoskopi anterior :
    • Mukosa merah
    • Mukosa bengkak
    • Mukopus di meatus medius
  2. Rinoskopi postorior
    • Mukopus nasofaring
  3. Nyeri tekan pipi yang sakit
  4. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit
  5. X Foto sinus paranasalis
    • Kesuraman
    • Gambaran “airfluidlevel”
    • Penebalan mukosa
E. Penatalaksanaan
  1. Drainage
    • Medical :
      • Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
      • Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg
    • Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
  2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
    • Ampisilin 4 x 500 mg
    • Amoksilin 3 x 500 mg
    • Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
    • Diksisiklin 100 mg/hari
  3. Simtomatik
    • Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.
  4. Untuk kronis adalah :
    • Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
    • Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
    • Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
    •  
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sinusitis
A. Pengkajian
  1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
  2. Riwayat Penyakit sekarang : penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas, bicara bendeng.
  3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
  4. Riwayat penyakit dahulu :
    • Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
    • Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
    • Pernah menedrita sakit gigi geraham
  5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
  6. Riwayat spikososial
    • Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
    • Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
  7. Pola fungsi kesehatan
    • Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
    • Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
    • Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
    • Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
    • Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
  1. Pemeriksaan fisik
    • status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
    • Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
B. Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
  2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi)
  3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental
  4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
  5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
  6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek
C. Intervensi
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
    Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
    • Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
    • Klien tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi :
    • Kaji tingkat nyeri klien
      R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
    • Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
      R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
    • Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
      R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
    • Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
      R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
    • Kolaborasi dengan tim medis :
      • Terapi konservatif :
        • Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
        • Drainase sinus
      • Pembedahan :
        • Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris
        • Operasi Cadwell Luc
R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien
  1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria hasil:
    • Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
    • Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi :
    • Kaji tingkat kecemasan klien
R/: Menentukan tindakan selanjutnya
    • Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
      • Temani klien
      • Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)
R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
    • Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
      R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
    • Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
      • Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
      • Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
    • Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.
    • Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
      R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
  1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
Kriteria hasil :
    • Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
    • Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi :
    • Kaji penumpukan secret yang ada
      R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
    • Observasi tanda-tanda vital
      R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
    • Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret
      R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah.












DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

Jumat, 20 Januari 2012

Laporan pendahuluan pada myoma uteri


LAPORAN PENDAHULUAN
MYOMA UTERI

I.       Definisi
Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.
Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri ( 97 % ), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche.

II.    Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
 Myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.

III. Patofisiologi
(terlampir)

IV. Lokalisasi Mioma Uteri
1.      Mioma intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding uterus.
2.      Mioma Submukosum ; Mioma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol dalam kavum itu.
Mioma Subserosum ; Mioma yang tumbuh kearah luar dan menonjol pada permukaan uterus.

V.    Komplikasi
1.      Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
2.      Torsi (putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3.      Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

VI. Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan Darah Lengkap
      Haemoglobin   : turun                          Albumin          : turun
      Lekosit                        : turun/meningkat       
      Eritrosit           : turun
2.      USG
      Terlihat massa pada daerah uterus.
3.      Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4.      Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5.      Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
6.      ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.

            Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.. Pada mioma uteri yang masih kecil  khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
            Adapun cara penanganan pada mioma  uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.
            Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO )
   TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosis .
            Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.

VII.          Asuhan Keperawatan
A.    Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ).

1.      Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :
Usia :
a.       Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
b.      Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c.       Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama terhadap  perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.

2.      Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut  adalah :
  1. Lokasi nyeri :
  2. Intensitas nyeri
  3. Waktu dan durasi
  4. Kwalitas nyeri.

3.      Riwayat Reproduksi
  1. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
  1. Hamil dan Persalinan
1)      Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini  dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2)      Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.

4.      Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.

5.      Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar  tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar  merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien  yang memakai anaestesi general.


6.      Tingkat  Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan  sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.

7.      Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah  pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya  kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.

8.      Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih  pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

B.     Diagnose Keperawatan
1)      Gangguan Rsa nyaman (nyeri ) berhubungan dengankerusakan jaringan otot dan system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah neyeringai.
2)      Gangguan eleminasi miksi  (retensi urine ) berhubungan dengantrauma mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
3)      Gangguan konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual .
4)      Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya berhubungan dengansalah dalam menafsirkan imformasi dan sumber imformasi yang kurang benar. 

C.    Rencana Tindakan
Intervensi keperawatan pada diagnose Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengankerusakan jaringan otot an system saraf.   :
1)      Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.
2)      Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
3)      Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat.
4)      Motivasi klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan bila sudah diperbolehkan.
5)      Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
6)      Observasi efek analgetik (narkotik )
7)      Obervasi tanda vital : nadi ,tensi,pernafasan.

Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma mekanis, manipulasipembedahan, oedema jaringan setempat, hemaloma, kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf.
1)      Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine
2)      Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
3)      Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.
4)      Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan baik, monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali dalamsehari, periksa keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk )
5)      Perhatikan kateter urine  : warna, kejernihan dan bau.
6)      Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan obat obat untuk melancarkan urine.
7)      Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc perlu pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat kembali.

Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Ganguan konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
1)      Beritahu klien tentang sispa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
2)      Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3)      Libatkan klien dalam perawatannya
4)      Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.
5)      Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
6)      Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka dan mandi.
7)      Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan keluhan-keluhannya.

Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda komplikasi, batasan aktivitas, menopause, therapy hormon dan perawatan selanjutnya berhubungan denganterbatasnya imformasi.
1)      Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyi kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama untuk puli, mengguanakan anatesi yang banyak dan memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi.
2)      Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
3)      Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4)      Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi
5)      Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
6)      Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak bisa hamil dan menstruasi
7)      Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
·         Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan dosis renda, dengan sirklus penggunaannya adalah selama 5 hari kemudian berhenti selama dua hari begitu seterusnya sampai umur menopause.
·         Diskusi tentang rasional penggunaan therapy yaitu memberikan rasa sehatdan mengurangi resiko osteoporosis
·         Jelaskan resiko penggunaan therapy
·         Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan sikap ( depresi ), tan da troboplebitis, retensi cairan berlebihan, kulit kuning,rasa mual/muntah, pusing dan sakit kepala,rambut rontok, gangguan penglihatan,benjolan pada payudara.
.

Patofisiologi



 


 




 


Myoma Submukosum
 
Myoma Intramural
 
Myoma Subserosum
 
 












 

Tanda /Gejala
 
                       

 

 





Gangguan keseimbangan cairan
 
HB ¯
 
                                                                       








Cemas

 





 
Anemia
 
                                       
                                                                                               
Syok Hipovolemik
 
                                   



Penekanan organ sekitar
 
 
                                                                                               

Rectum

 
Vesika Urinaria
 
           
                                               






 



                                                                       



DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta

Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001

…………….2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA : 2000/01 PSIK.FK. Unair, Surabaya

Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta