Sabtu, 11 Februari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI


LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi)  pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua  system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu  penuh / baik.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.  Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau  mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam  bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan  mengenai   keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. 
Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi  itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau  bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau  bibirnya   bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi  datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini  kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan  lain-lain.
Menurut May  Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien  gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang  berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan.  Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan  85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik  untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai  dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
B.   Klasifikasi
Klasifikasi halusinasi sebagai berikut :
1. Halusinasi dengar  (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang membicarakan,  mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di  sekitarnya.
2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat  pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
3. Halusinasi  bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang  mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan,  bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
4. Halusinasi kecap  (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup.  Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
5. Halusinasi  singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa ada  seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan  rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
C.   Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991),  Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti  skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang  berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi  adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan  gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping  dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik,  anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat  membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas.  Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu  pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti  kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada  pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak  diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor  biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah  stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan  mekanisme koping.
D.   Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang  pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan  pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang  mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh  aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar  tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke  alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti  yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi  yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam  bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya  keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah  retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan  tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
E.    Tanda dan Gejala
Pasien  dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk  terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau  bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,  gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga  keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa  yang di lihat, di dengar atau di rasakan).
F.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan  pada pasien halusinasi dengan cara :
1.   Menciptakan lingkungan yang  terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan  ketakutan pasien akibat halusinasi,  sebaiknya pada permulaan pendekatan  di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata,  kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi  baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau  mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan  meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu  tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan  sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk  berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan  dinding, majalah dan permainan.
2.   Melaksanakan program  terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan  sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan  sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar  obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di  berikan.
3.   Menggali permasalahan pasien dan membantu  mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan  komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan  penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.  Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau  orang lain yang dekat dengan pasien.
4.   Memberi aktivitas  pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan  fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan  ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk  hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan  memilih kegiatan yang sesuai.
5.   Melibatkan keluarga dan  petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain  sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan  kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan  pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki  yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu  tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri  dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.  Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan  petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di  berikan tidak bertentangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagiku kesempurnaan bukanlah segalanya akan tetapi proses menuju kesempurnaan itulah yang paling utama.